Rabu, 25 September 2013

[#FF2in1] Sepucuk Surat Bernafas Tanpamu

         "Putra!", teriak Thalita dengan suara yang sangat keras, tetapi percuma, Putra tidak memalingkan pandangannya dan tetap berjalan meninggalkan Thalita.

         Thalita memang baru saja putus dengan Putra, tetapi Thalita tahu, memang Thalita tidak pantas untuk Putra, bagaimana tidak? Putra adalah keluarga terpandang yang sangat kaya raya, sedangkan Thalita? Dia hanya gadis desa yang mendapat Bea Siswa yang akhirnya diterima sisebuah SMA di Malang.

        "Lit, kamu nggak papa kan? Kok murung gitu sih? Masih gara-gara Putra?", kata Yessi sahabat sejatiku, memang hanya Yessi yang mampu untuk kujadikan tempat sampah curhatan-curhatan Thalita yang sangat tidak penting itu. Oh, Tuhan.. terima kasih Engkau sudah mengirimkan Yessi untukku, kata Thalita di dalam hatinya.

        "Iya Yes, jujur aku nggak bisa hidup tanpa Putra, dia belahan jiwaku Yes, kamu tahu kan? Betapa pentingnya dia buat aku?", kataku sambil meneteskan air mata yang sedari tadi sudah menumpuk dipelupuk mataku.

        "Aku tahu Lit, ya udah, yuk kita selesaiin masalah ini bareng-bareng?", kata Yessi sambil mengulurkan sebuah sapu tangan untuk menghapus air mata Thalita dan menarik tangan Thalita tanda untuk, 'Ayo kita berdiri! Mencoba untuk bernafas tanpa Putra'.

         Thalita sudah berada persisi di depan sebuah gedung besar layaknya istana, iya, inilah rumah Putra. Entah  apa maksud Yessi mengajakku kemari, apa dia hanya ingin membuat Thalita terjatuh lagi? Entahlah.

        "Ada keperluan apa ya Non?", kata seorang perempuan tua yang sepertinya dia adalah pembantu di rumah Putra.

        "Putra ada Bi?", Entah apa Yessi sudah pernah kesini atau belum, yang Thalita tahu Yessi sangat mengerti detail rumah ini, bagaikan Google yang mengetahui banyak hal.

         "Oh, Den Putra masih pergi Non, apa da yang perlu saya kasi tahu ke Den Putra ya Non?"

        "Em, ya udah gini aja Bi, tolong kasih Putra surat ini ya Bi", Yessi kemudian memberikan sepucuk surat beramplop biru muda, apasih maunya Yessi ini? Huh.. Thalita menyerahkan saja pada Yessi.

        "Iya Non"

        Sesampainya Putra di rumahnya, atau bisa dibilang istananya, Dia membaca sepucuk surat kecil dari Yessi yang mengatas namakan Thalita.

       Putra...

Mungkin kau bertanya-tanya
Arti perhatianku terhadapmu
Pasti kau menerka-nerka
Apa yang tersirat dalam gerakku

Akulah serpihan kisah masa lalumu
Yang sekedar ingin tahu keadaanmu

Tak pernah aku bermaksud mengusikmu
Mengganggu setiap ketentraman hidupmu
Hanya tak mudah bagiku lupakanmu
Dan pergi menjauh
Beri sedikit waktu
Agar ku terbiasa
Bernafas tanpamu

         Setelah kejadian itu, akhirnya Thalita dan Putra kembali menjalin kisah cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar