Kamis, 08 Agustus 2013

Novel WHY ALWAYS ME Part 2 By. Orinthia Lee

   Rumahku terdiri dari dua lantai. Kamarku di lantai atas bersebelahan dengan sebuah kamar kosong yang sekarang dijadikan kamar belajar. Kamar Papa dan Mama ada di lantai bawah, aku harus melewati ruang makan dan ruang keluarga dulu untuk menacapainya. Aku spontan berjongkok di belakang Baba ketika suara halilintar kembali terdengar seperti kedakan--jantungku berdebar kencang. Kurasa aku sempat menjerit tapi suaraku tertelan kerasnya suara halilintar. Kudorong Baba hingga terguling menuruni tangga lalu aku berlari menyusulnya. Aku kasihan melihat Baba terguling, rasanya pasti sakit. Tapi saat itu aku benar-benar ingin cepat-cepat memeluk Papa dan Mama, dan aku tak mungkin meninggalkan Baba begitu saja di tangga.
   Ketika aku sudah berdiri di depan pintu kamar orang tuaku, aku terpaku memandangi papan bertuliskan DAD AND MOM'S ROOM. Tanganku tertahan di udara, tak jadi menarik gagang pintu kamar mereka. Dari luar, aku bisa mendengar suara Papa, juga suara Mama dengan jelas meskipun suara hujan deras dan halilintar masih terdengar. Mereka saling berteriak.
   "TAK ADA GUNANYA MINTA MAAF!! AKU BENCI KAU!! DASAR PEMBOHONG!!" suara Mama terdengar lebih mengerikan daripada halilintar saat itu. Mama yang kukenal tak pernah berteriak seperti itu saat semarah itu saat semarah apa pun.
   "MAAF.... SUNGGUH. AKU MENCINTAIMU, LIA!! AKU TIDAK BOHONG!"
   "OMONG KOSONG! LALU KENAPA ADA WANITA JALANG ITU DI HATIMU SEKARANG?! SUDAH BERSPS LAMA KAU MENIPUKU?!"
   Ada jeda sesaat yang membuatku memeluk Baba erat-erat. Aku tak bisa memahamu isi pembicaraan mereka tapi ada sebuah perasaan aneh yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya di hatiku. Seperti ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi tepat dihadapanku sebentar lagi. Belakangan baru aku tau bahwa itu artinya firasat buruk.
   "Maaf", suara Papa kembali terdengar. Kali ini lebih dekat.
   "Pergi! Aku tak ingin melihat wajahmu lagi!"
    Pintu kamar tiba-tiba terbuka, aku bergeser ketika Papa keluar dari kamar dan menatapku. Tatapan yang aku tahu takkan pernah bisa terlupakan olehku selama-lamanya. Ada air mata disana Juga penyesalan. Lalu Papa memalingkan wajahnya dan berjalan ke arah pintu keluar.
   Malam itu, Papa pergi dari rumah dan Mama menangis semalaman du kamarnya. Aku taku bisa memahami apa yang sedang terjadi. Untuk beberapa waktu aku pikir Papa akan kembali lagi setelah berbaikan dengan Mama. Tapi rupanya pertengkaran orang dewasa tidak sesederhana pertengkaran anak-anak. Mereka tidak bisa berbaikan hanya dengan meniup ujung jari kelingking saja.
   Dan untuk pertama kalinya, aku menyadari bahwa suara halilintar bukanlah hal yang paling menakutkan di dunia.
   Hal yang paling menakutkan di dunia adalah kebohongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar